BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat pada abad 20 ini tidak dapat
lepas dari berbagai macam pengaruh masuknya tata nilai budaya yang baru.
Perubahan struktur masyarakat menyebabkan lahirnya berbagai topik kajian
sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di
mana socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara.
Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial.
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi
masih berumur relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk
pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering
disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya
utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang
diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat
terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada
observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi.
Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle
of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada
masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang
diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic
Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui
tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya
metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method
yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan
penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun
1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia
merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data
tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia
menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Di Chicago University dikenal adanya
sekelompok pemikir sosial yang disebut kelompok Chicago School. Tokoh-tokoh
sosiologi yang penting dari tempat ini adalah W.I. Thomas, Robert Park, Charles
Horton Cooley, George Herbert Mead, dan Everett Hughess. Di Harvard University,
sosiologi berkembang melalui tokoh-tokoh seperti Talcott Parsons, Robert K.
Merton, Kingsley Davis, dan George Homans.
Di samping itu, perkembangan teori sosiologi
di Amerika juga sedikitnya terpengaruh oleh sebuah teori yang sering
disebut-sebut sebagai teori di luar mainstream sosiologi di Amerika, yaitu
khasanah pemikiran dari kelompok teori Marxian.
Pengetahuan perkembangan teori di Amerika
sangat penting mengingat teori-teori yang berkembang di Amerika ini kemudian
menjadi pusat perhatian dunia pada tahun 1960-an dan 1970-an. Sejalan dengan
teori interaksionisme simbolik, bangkit pula teori pertukaran (exchange theory)
yang dikembangkan oleh George Homans berdasarkan pemikiran psychological
behaviorism dari B.F. Skinner.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Sejarah Sosiologi?
2. Bagaiman
Perkembangan Sosiologi di Indonesia ?
3. Apa sajakah
teori-teori Sosiologi ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui Sejarah Sosiologi
2. Untuk
Mengetahui Perkembangan Sosiologi di Indonesia
3. Untuk
Mengetahui teori-teori Sosiologi
BAB II
ISI
A. Sejarah
Sosiologi
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih
berumur relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk
pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte
sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam
karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy,
yang diterbitkan dalam tahun 1838.
Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap
metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan
klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini
merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of
Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada
masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang
diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan
bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial
melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para
sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas
sekitar tahun 1890-an. The American Journal of Sociology memulai
publikasinya pada thun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang
bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun
1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka
kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar
berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat. Urbanisasi
dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah
sosial.
Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari
solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan
sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal of
Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah,
tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan
industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903
berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data
faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari
kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada
lebih berisi artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi
suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi
ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat
sosial. Mereka mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun,
dan mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori
sosial yang baik.
B. Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja
dan pemimpin di Indonesia sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam
kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran Wulang
Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan tata
hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari
golongan-golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi,
terutama dalam bidang hubungan antar golongan (intergroup relations).
Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di
Indonesia, memberikan sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai
konsep-konsep kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di
praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis
orang berkebangsaan belanda yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai
perhatiannya seperti Snouck Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar,
Duyvendak dll. Dalam karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya
yang dikupas secara ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non
sosiologis dan tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi
pada waktu itu dianggap sebagai Ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya.
Dengan kata lain Sosiologi ketika itu belum dianggap
cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu
pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Perang
Dunia ke dua diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di
Jakarta. Inipun kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu
Hukum. Sosiologi yang dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan
Teoritis, berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens
de Haan, Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah
Tinggi Hukum tersebut malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab
menyusun daftar kuliah berpendapat bahwa pengetahuan dan bentuk susunan
masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan
dalam pelajaran hukum.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17
Agustus 1945, seorang sarjana Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk
pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di
Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM . Beliau
memberika kuliah dalam bahasa Indonesai ini merupakan suatu yang baru, karena
sebelum perang dunia ke dua semua perguruan tinggi diberikan da;am bahasa
Belanda.
Pada Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi juga
dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam Jurusan Pemerintahan dalam Negeri,
hubungan luar negeri dan publisistik. Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan
memberikan kesempatan kepara para mahasiswa dan sarjana untuk belajar di luar
negeri sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam
pengetahuan tentang sosiologi.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun
pecahnya revolus fisik. Buku tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody
Gondokusumo, memuat tentang beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang
teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.
Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul
Sosilogi Untuk Masyarakat Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran
pertama yang berbahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak
mempergunakan terjemahan buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene
Maatschapppijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku Lysen yang
berjudul Individu en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu
Pengantar Ringkas karya Mayor Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas
anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum
perang dunia kedua pada universitas Leiden di Belanda. Beliau juga menulis buku
berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan politik terbit pada tahun
1967. Penulis lainnya Selo Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta
pada tahun 1962. Selo Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun
bagian-bagian terpenting dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa
Inggris yang disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum
dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi terbit tahun 1964.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang
mempunyai Fakultas Sosial dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat
ini belum ada Universitas yang mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas
sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan
Politik UGM, UI dan UNPAD.
Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesai belum
mendapat tempat yang sewajarnya, oleh karena masyarakat masih percaya pada
angka-angka yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan mungkin
melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing manusia memiliki
kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang
mencakup berates suku.
C. Teori-teori dan Tokoh Sosiologi
Banyak nama atau orang yang menjadi ahli atau sosiolog besar dalam
perkembangan sosiologi
di antaranya sebagai berikut :
1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte (Perancis, 1798-1857) mengemukakan istilah awal
: SOCIAL PHYSICS (FISIKA SOSIAL) karena istilah ini sudah digunakan oleh ahli
statistik sosial Belgia Adophe Quetelet, maka istilah diubah menjadi sociology.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan yakni:
a. Statika sosial (social static) : mengkaji tatanan sosial.
Statika mewakili stabilitas.
b. Sosial dinamik : mengkaji kemajuan dan perubahan social.
Dinamika mewakili perubahan. Progres dlm membaca fenomena sosial perlu melihat
masyarakat secara keseluruhan sebagai unit analisis.
Dengan
memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara statika
dan dinamika merujuk pada konsep order didalamnya ditekankan bahwa
bagian-bagian dari masyarakat tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi
harus dilihat sebagai satu kesatuan yg saling berhubungan..
2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari kalangan
keluarga rohaniwan Yahudi. Tamat dari perguruan tinggi menjadi editor di sebuah
surat kabar di Jerman. Pandangannya mat kritis terutama sangat anti penindasan
yg hadir bersama system kapitalis yang mewarnai peradaban Eropa Barat. Beliau
pindah ke Paris setelah terjadipertentangn dengan pemerintah Jerman. Ia
berkolaborasi dengan Friedrich Engels menulis buku berjudul The Communist
Manifesto (1848). Lalu menulis buku : Das Capital, dua bab terakhir buku ini
diteruskan oleh Engels karena Marx keburu meninggal.
Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive,
feudal dan industri, ditandai hubungan social yg melembagakan sifat
ketergantungan untuk mengontrol atau menguasai sumber-sumber ekonomi. Mereka yg
menguasai dan mengonytol sumber-sumber ekonomi adalah kelas atas, seangkan
mereka yg hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak punya sama sekali adalah
dari kelas bawah. Terjadi penindasan oleh kelas atas terhadap kelas bawah.
Fokus perhatian Marx pada dua kelas penting : BORJUIS (kelas atas/kapitalis yg
memiliki memiliki alat-alat produksi seperti pabrik dan mesin) dan PROLETAR
(kelas bawah/ para buruh yg bekerja pada borjuis).
Pendapat Marx terhadap fenomena social semacam itu
(penindasan /eksploitasi kaum borjuis terhadap kaum proletar) hanya dapat
dihentikan dengan cara mengganti atau merusak system kapitalis. Caranya dengan
melakukan revolusi (prinsip konflik) kemudian menggantinya dengan system yg
lebih menghargai martabat manusia. Ini tidak mudah karena para buruh harus
menghilangkan False Consciousness (kesadaran palsu) dengan class consciousness
kesadaran kelas. Melalui bimbingan pemimpin-pemimpin revolusioner, para buruh
akan menjadi setia dan mau berkorban demi perjuangan kelas.
Dengan demikian kan muncul masyarakat yg adil, sama rata sama
rasa, dan terhindardari segala bentuk eksploitasi, ini yg disebutnya sebagai
masyarakat komunisme modern. Disamping dipuja banyak orang, Marx juga dikecam
banyak orang, terutama pendapatnya tentang “agama sebagai candu masyarakat“
(the opium of the people).
3. Max Weber (1864-1920)
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari keluarga kaya
dan terpandang. Ayahnya seorang birokrat (kelak akan mewarnai pikiran beliau
tentang birokrasi) yg menduduki posisi politik penting, sedangkan ibunya adalah
seorang pemeluk agama Calvinisme yg sangat taat (juga mempengaruhinya melakukan
studi tentang kaitan etika protestan dengan spirit kapitlisme industrial).
Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin belajar hukum.
Setelah berhasil mengambil gelar doctor ia berprofesi sebagai praktisi hukum,
di samping itu ia juga bekerja sebagai dosen di Universitas Wina dan Munich. Ia
banyak mendalami masalah ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Bukunya yg terkenal
berjudul “ A Contribution to the histoy of Medieval Business Organizations” dan
“ The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism” (1904) . Dalam bukunya yg
kedua ini ia mengemukakan tesisnya mengenai keterkaitan antara etika protesan
dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat.
Pandangan Weber, kenyataan social lahir dari motivasi
individu dan tindakan-tindakan social (social action). Dari pandangannya
sebenarnya Weber lazim digolongkan “nominalis” yg lebih percaya bahwa hanya
individu-individu sajalah yg riil secara obyektif, dan masyarakat adalah satu
nama yg menunjukan pada sekumpulan individu yg menjalin hubungan. Pandangan
beliau tentang tindakan sosila inilah yg kemudian menjadi acuan dikembangkannya
teori sosiologi yg membahas interaksi social.
4. Émile Durkheim (1858-1917)
Lahir di Epinal, Perancis dan berasal dari keluarga yg
mewarisi tradisi sebagai pendeta Yahudi. Ia awlnya sebenarnya bersekolah untuk
menjadi pendeta.
Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat produktif. Salah satu karyanya yg berjudul “ The division of Labor in Society” (1968) membahas mengenai gejala yg sedang melanda masyarakat : pembagian kerja. Ia mengemukakan bahwa di bidang perekonomian seperti industri modern terjadi penggunaan mesin serta konsentrasi modal dan tenaga kerja yg mengakibatkan pembagian kerja ke dalam bentuk spesialisasi dan pemisahan okupasi yg semakin rinci. Pembagian tersebut dijumapai pula di bidang perniagaan dan pertanian. Lalu melebar pula pada bidang-bdang kehidupan yang lainnya : hukum, politik, kesenian, dan bahkan keluarga. Tujuan kajian durkheim ialah untuk memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta untuk mengetahui factor penyebabnya.
Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat produktif. Salah satu karyanya yg berjudul “ The division of Labor in Society” (1968) membahas mengenai gejala yg sedang melanda masyarakat : pembagian kerja. Ia mengemukakan bahwa di bidang perekonomian seperti industri modern terjadi penggunaan mesin serta konsentrasi modal dan tenaga kerja yg mengakibatkan pembagian kerja ke dalam bentuk spesialisasi dan pemisahan okupasi yg semakin rinci. Pembagian tersebut dijumapai pula di bidang perniagaan dan pertanian. Lalu melebar pula pada bidang-bdang kehidupan yang lainnya : hukum, politik, kesenian, dan bahkan keluarga. Tujuan kajian durkheim ialah untuk memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta untuk mengetahui factor penyebabnya.
Di Indonesia sendiri banya nama-nama tokoh sosiologi itu
sendiri di antaranya adalah, Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan atau
Bapak Sosiologi Indonesia.
Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan (lahir
di Yogyakarta, 23 Mei 1915 –
meninggal di Jakarta, 11 Juni 2003 pada
umur 88 tahun) adalah seorang tokoh pendidikan dan pemerintahan Indonesia. Beliau
juga disebut sebagai Bapak Sosiologi Indonesia.
Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini
adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan
(kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologi di
Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI).
Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan
konkret. Ia ilmuwan yang meninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
A. Keimpulan
a. Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi
masih berumur relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk
pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering
disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya
utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang
diterbitkan dalam tahun 1838.
b. Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di
Indonesia, memberikan sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep
kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di praktikkan
dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
c. Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesai belum
mendapat tempat yang sewajarnya, oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-angka
yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal
yang berlaku mutlak disebkan masing-masing manusia memiliki kekhususan. Apalagi
masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku.
B. Saran
Dari hasil pemaparan di atas, semoga
dapat bermanfat bagi penulis khusunya dan bagi Masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://pengantar-sosiologi.blogspot.com/2009/04/bab-1-sejarah-perkembangan-sosiologi.html
Di akses pada tanggal 19 Oktober 2012 pada jam 19.00 WITA
http://socius3.wordpress.com/2008/03/17/perkembangan-teori-sosiologi-abad-ke-20/, Di akses pada tanggal 19 Oktober
2012 pada jam 19.00 WITA
http://aboutfetty.blogspot.com/2010/02/perkembangan-sosiologi-di-indonesia.html,
Di akses pada tanggal 19 Oktober 2012 pada jam 19.00 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar